Oleh : Hotibin,
S.Sos. SH. MPSSp.
Pendahuluan
Istilah andragogi
ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu andre yang berarti ”orang dewasa” dan
agagos yang berarti ”membimbing” atau ”mendidik”. Jadi, andragogi diartikan
sebagai ilmu atau seni membimbing orang dewasa belajar.
Pengertian belajar
yang kita kenal selama ini sebagian besar berasal dari hasil studi yang
dilakukan terhadap anak-anak. Demikian pula apa yang kita kenal mengenai
mengajar, sebagian besar diperoleh dari pengalaman mengajar anak-anak.
Kehadiran andragogi
ini merupkan pengembangan dari konsep paedagogi, yaitu ilmu atau seni mengajar
anak-anak, dimana ketika praktik mengajar akan diterapkan terhadap orang
dewasa, terpikir haruslah berbeda dengan mengajar anak-anak, sehingga para ahli
mengembangkan suatu teori mengajar orang dewasa yang disebut andragogi.
Untuk itu, berikut
ini penulis paparkan beberapa hal pokok yang perlu dimengerti dan diperhatikan
oleh fasilitator atau widyaiswara dalam praktik pendekatan andragogi.
Asumsi Orang Dewasa
Knowles mengemukakan
beberapa asumsi orang dewasa yang meliputi :
1.
Konsep diri; di mana orang dewasa telah
memiliki konsep diri yang matang dan tidak tergantung pada orang lain, hal ini
berimplikasi dalam proses pendidikan.
2.
Pengalaman, setiap orang dewasa memiliki
pengalaman yang berbeda dengan pengalaman orang dewasa lainnya, sehingga
peserta diklat orang dewasa dapat dijadikan sumber belajar dan penekanan dalam
proses belajar bersifat aplikatif praktis.
3. Kesiapan untuk belajar; orang dewasa akan
belajar apabila apa yang dipelajari sesuai dengan peranan sosial yang
diembannya, karena itu proses belajar hendaknya disusun berdasarkan peranan
sosial.
4. Orientasi terhadap belajar; orang dewasa mau
belajar apabila dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah mereka.
Implikasinya dalam proses belajar mengajar, fasilitator berperan sebagai
pemberi bantuan kepada peserta.
Masalah Pokok dalam Pembelajaran Orang
Dewasa
Beberapa pendapat
menyatakan bahwa masalah-masalah yang dihadapi orang dewasa dalam pembelajaran,
yaitu :
1. Lemahnya motivasi
Banyak orang dewasa merasa bahwa mereka sukar dilatih. Mereka kurang bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan, dan terlalu tua untuk belajar, sehingga
motivasi mereka rendah dalam mengikuti
pembelajaran.
2. Sulit melupakan kebiasaan.
Orang dewasa sering mempunyai kesulitan untuk memperbaiki kesalahan yang
telah menjadi kebiasaan. Mereka cenderung mengulangi terus menerus walaupun
tahu bahwa mereka berbuat salah.
3. Daya ingat yang kurang baik
Orang dewasa mempunyai daya ingat yang kurang baik atau sering lupa sebagai
pengaruh usianya.
4. Penolakan terhadap perubahan
Orang dewasa mempunyai kesulitan dalam menerima gagasan, konsep, metode dan
prinsip baru. Seolah-olah mereka sudah yakin apa yang mereka ketahui dan alami
telah baik dan benar, sehingga sering menolak sesuatu yang baru. Penolakan
terhadap perubahan tersebut mengakibatkan mereka bertindak otoriter sebagai
cara untuk mempertahankan diri.
1. Belajar merupakan pengalaman yang berharga bagi orang dewasa. Maka orang
dewasa tidak perlu diajar, tapi dimotivasi untuk memperoleh pengetahuan,
kerampilan dan sikap yang baru.
2. Orang dewasa mau belajar bila ada hubungan dengan kebutuhannya.
3.
Kadang belajar
dirasakan sebagai proses yang menyakitkan, sebab tujuan belajar adalah
perubahan perilaku. Sementara
sikap, pengetahuan, norma, kebiasaan sudah melekat pada dirinya.
4.
Belajar
merupakan hasil dari mengalami sesuatu. Jadi tidak akan banyak hasilnya bila
mereka diceramahi dan digurui untuk melakukan sesuatu.
5. Bagi orang dewasa
belajar merupakan sesuatu yang khas dan bersifat individual. Jadi setiap orang
mempunyai cara dan kecepatan sendiri dalam memecahkan masalah. Akan lebih baik kalau mereka mengamati dan belajar dari pengalaman orang
lain.
6. Sumber belajar yang paling berharga ada di dalam diri orang dewasa itu
sendiri, selanjutnya digali dan ditata kembali agar lebih efektif.
7.
Belajar
merupakan proses emosional dan intelektual.
8.
Belajar
merupakan hasil kerjasama antar manusia, maka diharapkan mau untuk saling
menerima, memberi, menghargai, dan berbagi dengan orang lain.
9.
Belajar juga merupakan
proses evaluasi. Maka
perubahan sikap tidak bisa terjadi seketika, tapi perlu waktu dan proses.
Dari gambaran
kondisi psikologis di atas, maka fasilitator dalam melakukan proses
pembelajaran orang dewasa perlu menciptakan suasana belajar yang kondusif. Suasana ini diciptakan tidak hanya antar peserta tapi juga dengan tim
fasilitator. Idealnya setiap orang yang berinteraksi dengan peserta (termasuk
penyelenggara diklat dan panitia) hendaknya memiliki semangat saling menghargai
sehingga komunikasi dan interaksi yang terjalin lebih bersifat humanis.
Prinsip-prinsip Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa prinsif belajar orang dewasa, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai manfaat. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang ia
pelajari mempunyai nilai manfaat bagi dirinya. Apabila sesuatu yang dipelajari
tidak mempunyai manfaat bagi dirinya, ia akan enggan untukbelajar.
2. Sesuai dengan Pengalaman. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa
yang dipelajarinya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada pa
dirinhya. Ini berarti apa yang disampaikan kepada mereka didasarkan pada
pengalaman yang dipunyai oleh orang itu.
3. Terkait Masalah sehari-hari. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila
bahan yang dipelajari berpusat pada masalah yang dihadapi sehari-hari. Apabila
mereka dibantu mengatasi permasalahan mereka dengan jalan memberikan pelajaran
tertentu, mereka akan sangat bergairah dan mau belajar untuk itu.
4. Praktis. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari
praktis dan mudah diterapkan.
5. Sesuai dengan kebutuhan. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa
yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka. Apabila kebutuhan itu dapat
dipenuhi dengan belajar maka ia sangat bergairah dalam belajarnya.
6. Menarik. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari
menarik baginya. Misalnya, apa yang dipelajari merupakan hal yang baru atau
mudah baginya untuk dipraktekkan.
7. Berpatisipasi aktif. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila ia
mengambil bagian di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang kurang melibatkan
pesertanya akan kurang menarik.
8. Kerja sama. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila terdapat situasi
antara fasilitator/widyaiswara dengan peserta diklat saling kerja sama dan
saling menghargai. Situasi semacam ini kan menimbulkan rasa aman dalam diri
peserta diklat untuk belajar.
Suasana Belajar Orang Dewasa
Untuk mencapai efektivitas belajar mengajar orang dewasa, hendaknya
fasilitator/ widyaiswara mengingat dan membangun suasana belajar orang dewasa
sebagai berikut :
1. Manusia yang aktif dan kreatif. Harus diakui bahwa setiap pribadi memiliki keunikan
dan orang dewasa bukan kumpulan orang pasif yang hanya menerima gagasan
seseorang, nilai-nilai, dan jawaban orang lain. Mereka adlmahluk yang aktif dan
kreatif yang memerlukan kesempatan untuk mendiskusikan masalah-masalah yang
dihadapinya.
2. Suasana saling menghormati. Orang dewasa belajar lebih baik apabila
pendapat pribadinya dihormati. Ia lebih senang kalau bisa turut berpikir dan mengemukakan
pendapatnya, daripada fasilitator menjejalkan teori dan gagasannya sendiri
kepada mereka.
3. Suasana saling menghargai. Karena orang dewasa bersifat unik, maka lepas
dari benar atau salah segala pendapatnya, perasaan, pikiran, gagasan, dan teori
serta sitem nilainya perlu dihargai.
4. Suasana saling percaya. Mereka yang belajar perlu percaya kepada yang
mengajar. Namun mereka perlu pula mersa mendapat kepercayaan kepada diri
sendiri. Tanpa kepercayaan, situasi belajar tidak akan mendapat hasil yang
diharapkan.
5. Suasana tidak mengancam. Peserta diklat harus mendapat rasa aman dalam
situasi belajarnya. Dalam situasi belajar, ia boleh berbeda dan boleh berbuat salah tanpa dirinya
terancam.
6. Suasana penemuan diri. Dalam proses belajar yang perlu bagi orang dewasa
adalah bagaimana ia lebih banyak diberi kesempatan menemukan diri sendiri
dengan bimbingan fasilitator, akan kebutuhannya memecahkan masalah dana
kesalahan-kesalahannya, sehingga ia dapat menemukan segala kekuatan dan
kelemahannya.
7. Suasana keterbukaan. Seluruh warga belajar dan fasilitator perlu memiliki
sikap terbuka. Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka mendengarkan orang
lain.
8. Suasana membenarkan perbedaan. Dengan latar belakang pendidikan, kebudayaan
dan pengalaman masa lampau, peserta diklat dapat investasi berharga justru
karena perbedaannya.
9. Suasana mengakui hak untuk berbuat salah. Suasana belajar sebenarnya adalah
apabila peserta diklat mencoba prilaku baru, sikap baru, dan mencoba
pengetahuan baru. Kesalahan dan kekeliruan adalah bagian yang wajar dari
belajar.
10. Suasana membolehkan keraguan. Pemaksaan untuk menerima salah satu teori
sebagai yang paling tepat dan benar akan dapat menghambat proses belajar.
Keraguan diperkenankan untuk waktu yang cukup agar tercapai keputusan akhir
yang memuaskan.
11. Evaluasi bersama dan evaluasi diri. Orang dewasa
selalu ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Oleh karena itu,
evaluasi bersama untuk seluruh angggota kelompok dirasakan berharga sebagai
bahan renungan.
Sikap Fasilitator dalam Pembelajaran Orang Dewasa
1. Empati ; Menyatu dalam pengalaman peserta, merenungi
makna pengalaman tersebut dan menekan penilaian pribadi fasilitator.
2. Kewajaran ; Bersikap jujur, apa adanya, wajar,
terus terang, konsisten, dan terbuka.
3. Respek ; Mempunyai pandangan positif
terhadap peserta, menerima orang lain dengan penghargaan penuh, menghargai
perasaan, pengalaman dan kemampuan peserta.
4. Komitmen dan kehadiran ; Menghadirkan diri
secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan.
5. Membuka diri ; Menerima keterbukaan
orang lain, tanpa menilai dari ukuran, konsep dan pengalaman pribadi
fasilitator.
6.
Tidak menggurui.
7. Tidak menjadi ahli ; Tidak terpancing
untuk menjawab setiap pertanyaan peserta, seakan-akan fasilitator ahli dalam
segala bidang.
8.
Tidak berdebat. Coba untuk mengalihkan untuk
menjadi diskusi umum
9.
Tidak diskriminatif ; Karena peserta
orang dewasa sifatnya heterogen, fasilitator hendaknya memberikan perhatian
pada semua peserta.
Kesimpulan
Andragogi adalah
ilmu atau seni membimbing orang dewasa belajar. Pembelajaran bagi orang dewasa tentunya sangat berbeda dengan pembelajaran
terhadap anak-anak (paedagogi). Oleh karena itu, untuk keberhasilan pendekatan
andragogi ini, seorang fasilitator/ widyaiswara harus memahami berbagai hal
yang mengenai asumsi, masalah-masalah, prinsip-prinsip, dan suasana belajar
orang dewasa, serta sikap yang perlu dikembangkan oleh seorang fasilitator.
Seluruh uraian tentang pendekatan andragogi tersebut, bisa dilakukan oleh
setiap fasilitator, hanya saja diperlukan keinginan untuk membuka diri, mau mencoba,
dan terus berlatih.
Abdulhak, Ishak. (2000). Strategi Membangun Motivasi Pembelajaran Orang
Dewasa. Bandung : CV Andira.
Basleman, Anisah. (2005). Pendidikan Orang Dewasa.
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia.
Lunandi, A.G. (1984). Pendidikan Orang Dewasa.
Jakarta : PT. Gramedia.