Apa itu Burnout ?
Burnout adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kondisi kelelahan fisik dan emosional yang
dialami seseorang. Dalam bahasa gaul, burnout bisa disebut ”bete”,
walaupun harus dipahami bahwa burnout bukanlah sekedar suatu perasaan
bosan/kejenuhan biasa, namun mempunyai pengaruh psikologis yang mendalam.
Kenyataan saat ini burnout
disadari sebagai suatu masalah yang serius yang mempengaruhi kehidupan
seseorang. Burnout tidak saja dialami oleh para
karyawan/pegawai/profesional, tetapi bisa juga dialami oleh para pelatih, mahasiswa,
pelajar, ibu rumah tangga, bahkan mereka yang tidak bekerja pun bisa terserang
burnout.
Pines dan Aronson
mengungkapkan burn-out sebagai suatu keadaan kelelahan fisik yang
berarti berkurang-nya energi fisik, kelelahan emosional yang berarti kelelahan
perasaan ditandai dengan defresi, dan kelelahan mental yang berarti kelelahan
yang diakibatkan oleh rendahnya penghargaan diri.
Dalam sindrom burnout,
ketiga dimensi tersebut di atas tidak dapat dipisahkan. Namun seseorang yang
lelah sehabis berolah tetapi dia tetap merasa senang, maka tidak dikatakan
terkena sindrom burnout. Demikian juga seseorang yang bekerja di bawah
tekanan (underpressure) tetapi dia tetap merasa nyaman, juga tidak dapat
dikatakan terkena sindrom burnout.
Suharto (2007) menyatakan Burnout sangat
terkait dengan stress. Burnout adalah salah satu reaksi terhadap
situasi yang sangat menegangkan (stress). Istilah ini sangat terkait dengan
istilah-istilah seperti keterasingan, acuh tak acuh, apatis, sinis,
pesimis, kelelahan fisik dan mental,
atau ketegangan yang teramat.
Bagaimana mengetahui Burnout
?
Untuk mengetahui apakah anda
terkena sindrom burnout atau tidak, dapat memeriksa pertanyaan berikut :
·
Merasa stamina tubuh menurun ?
·
Merasa kelelahan ?
·
Terkuras tenaga ?
·
Merasa tidak sanggup lagi mengerjakan sesuatu ?
·
Terkuras emosi ?
·
Merasa tersisih ?
·
Merasa tertekan ?
·
Terjebak dalam situasi yang kurang menguntungkan ?
·
Merasa dirugikan ?
·
Merasa cemas ?
·
Merasa banyak masalah ?
·
Merasa diri lemah ?
·
Merasa putus asa ?
·
Mengalami penolakan ?
·
Merasa terasing ?
·
Merasa tidak senang ?
·
Merasa kesal dan kecewa ?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat menunjukan apa yang sedang anda alami, atau mungkin lebih dari
itu anda telah berada pada gejala stress. Cobalah anda memeriksa gejala-gejala
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian gejala-gejala stress tersebut, yaitu :
Gejala-gejala fisik :
§ Serangan sesak napas, rasa
mabuk dan mual.
§ Selera makan tidak seperti
biasanya. Ada sebagian orang yang tidak mau makan sama sekali, ada pula yang
malah sebaliknya.
§ Sering menderita gangguan
pencernaan seperti lambung.
§ Menderita sembelit (menceret)
§ Mengalami sulit tidur dan
sering terjaga terlalu dini.
§ Merasa sering lelah walaupun
mengerjakan pekerjaan sederhana.
§ Sering gelisah dan bagi orang
tertentu senang menggigit-gigit kuku, berjalan mondar-mandir atau keragu-raguan
mengerjakan sesuatu sehingga sering salah.
§ Timbul bercak-bercak merah
pada kulit.
§ Pegal-pegal di punggung,
kesemutan, mimisan, keringat dingin, pusing kepala, jantung berdebar-debar.
§ Banyakmenderita sakit kepala
atau nyeri yang menetap di punggung dan di leher.
Jika anda mendapatkan lebih
dari 3 gejala tersebut dalam diri anda, maka anda mungkin tengah menderita
masalah stress. Dan jika anda menderita lebih dari 8 gejala, maka anda harus
berpikir sangat serius untuk mengambil tindakan dengan segera.
Gejala-gejala
mental/psikologis :
§ Merasa marah sepanjang waktu.
§ Merasa kehilangan minat pada
seks.
§ Tidak dapat mengambil
keputusan dan sering merasa tidak sanggup menghadapi masalah.
§ Merasa menjadi orang gagal.
§ Merasa tidak diperhatikan.
§ Tidakmenyukai orang lain dan
diri sendiri.
§ Khawatir sesuatu yang
mengerikan akan terjadi.
§ Merasa tidak dapat
berkonsentrasi dan sering mengalami kesulitan untuk menyelesaikan sebuah tugas,
sebelum menyelesaikan dengan tugas berikutnya.
§ Tidak dapat menceritakan
kepada orang lain apa yang dirasakannya.
§ Kehilangan rasa humor dan
tidak menaruh minat terhadap apapun.
§ Cenderung menyalahkan orang
lain.
Jika anda mengalami 5 gejala
tersebut di atas mungkin anda mengalami
stress tingkat tertentu yang dapat merusak kesehatan anda, segera ambil
tindakan.
Mengapa terjadi Burnout ?
Banyak faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi burnout. Edelwich (Suharto, 2007)
mengidentifikasi beberapa faktor berkaitan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan stress dan burnout, yaitu :
1. Terlalu
banyak jam kerja.
2. Karir
buntu atau tidak dapat berkembang.
3. Terlalu
banyak pekerjaan atau kertas kerja yang harus diselesaikan.
4. Tidak
memadainya pelatihan kerja.
5. Tidak
dihargai oleh klien.
6. Tidak
dihargai oleh supervisor.
7. Tidak
digaji secara layak.
8. Tidak
ada dukungan dalam membuat keputusan penting.
9. Tidak
memiliki kewenangan.
10. Sistem
tidak responsif terhadap kebutuhan klien.
11. Kondisi
dan situasi kerja yang buruk.
12. Adanya
diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
13. Terlalu
banyak perjalanan ke luar kota.
14. Terisolasi
dari teman dan sahabat.
15. Tidak
memiliki kehidupan sosial.
Faktor-faktor lain yang juga
dapat menyebabkan burnout adalah buruknya pengaturan waktu, ketidakmampuan
bekerja sama dengan orang lain secara efektif, tidak adanya tujuan hidup yang
jelas, serta ketidakmampuan menangani keadaan-keadaan mendesak yang tiba-tiba
muncul.
Bagaimana Mengatasi Burnout ?
Zastrow (Suharto, 2007)
mengemukakan beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi burnout maupun
stress, yaitu :
1. Merumuskan
tujuan dan mengatur waktu
Hidup tanpa tujuan yang jelas akan membuat kita
kehilangan arah dan pegangan dalam mencapai apa yang kita inginkan. Merumuskan
tujuan yang realistik akan menimbulkan kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan
mengambil keputusan, dan melahirkan rasa aman.
Burnout dan stress dapat pula disebabkan oleh adanya
perasaan bahwa kita memiliki pekerjaan yang terlalu banyak dalam waktu yang
terbatas. Pengaturan waktu secara efisien dapat membantu orang merumuskan
tujuan dan mengalokasikan waktu secara cepat dan tepat. Pengaturan waktu
berarti pengalokasian waktu dan pembagian tugas menurut prioritas. Kerjakan
tugas yang paling penting terlebih dahulu, kemudian disusul dengan pekerjaan
prioritas kedua, ketiga, dan seterusnya sesuai waktu yang tersedia.
2. Berpikir
positif
Filsafat berpikir positif menyatakan bahwa pandangan dan tindakan yang
positif akan membuat kita disukai dan dihargai orang lain, produktif dan
kreatif, memiliki posisi yang menyenangkan, serta memperoleh segala sesuatu
dengan membahagiakan. Pikiran positif membuat kita mengarungi kehidupan dalam
ritme yang santai, memandang segala sesuatu dengan sukacita, bersikap tenang
dalam situasi krisis, melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, dan pada
akhirnya dapat mengembangkan diri kita menjadi orang yang bijaksana.
3. Mengubah
pikiran yang menimbulkan burnout
Burnout disebabkan oleh pikiran tertentu. Oleh
karena itu tidaklah mengherankan bila si Fulan mengalami burnout pada
saat menghadapi tugas-tugas pekerjaan yang menumpuk, sementara si Falun tetap
tenang meskipun menghadapi tugas-tugas yang sama beratnya. Pikiran-pikiran
seperti, ”Saya tidak akan mencoba lagi. Saya menyerah. Saya telah gagal. Saya
lelah. Saya hanya akan mengerjakan tugas ini seperlunya saja” biasanya
menimbulkan burnout.
Menurut pendekatan Rational Therapy,
penyebab utama seluruh emosi dan aksi kita adalah apa yang kita katakan kepada
diri kita mengenai pengalaman-pengalaman yang terjadi. Meskipun kita tidak
dapat sepenuhnya mengubah peristiwa-peristiwa yang terjadi, kita selalu memiliki
kekuatan untuk berpikir rasional dan positif. Oleh karena itu, mengubah
pikiran-pikiran mengenai kejadian yang
menyebabkan burnout, mengubah emosi dan tindakan yang tidak produktif
adalah upaya yang dapat mengurangi stress dan burnout.
Ubahlah pikiran-pikiran pesimis/negatif dengan
pikiran optimis/positif. Pikiran-pikiran seperti ini sangat menunjang dalam
mengurangi burnout, ”Saya tidak akan menyerah. Menyerah hanya akan
menyakitkan saya dan orang lain. Saya telah mampu mengatasi tantangan ini di
masa lalu, saya dapat mengatasinya lagi.” dan sebagainya.
4. Lakukan
relaksasi
Orang yang mengalami burnout cenderung mengalami ketegangan dan
tidak berusaha untuk santai (relax). Karena itu, belajar untuk santai akan
sangat membantu mencegah dan mengurangi burnout. Beberapa teknik
relaksasi yang dapat dilakukan diantaranya : Relaksasi Pernapasan Dalam,
Relaksasi Imajinasi, Relaksasi Otot-otot Progresif, Meditasi, Hipnotis Diri dan
Biofeedback.
5. Melakukan
latihan olah raga
Latihan olah raga yang teratur dapat mengurangi stress dan mencegah
burnout. Olah raga seperti lari, jogging, renang, tenis meja, sepak bola, bulu
tangkis, golf dapat membuat tubuh kita sehat, meningkatkan energi yang berguna
dalam menghadapi krisis, dan dapat mengubah pikiran-pikiran negatif yang secara
langsung meredakan stress. Selain olah raga, cara lain yang dapat mengurangi
ketegangan melalui kesehatan tubuh, yaitu diet nutrisi, tidur yang cukup, dan
perawatan kesehatan yang tepat.
6. Melakukan
kegiatan luar atau hobi
Melakukan kegiatan hobi dan menghadiri hiburan-hiburan (bioskop, konser,
pertandingan olah raga) dapat menghilangkan pikiran-pikiran negatif mengenai
pekerjaan dan kehidupan rumah tangga. Survey membuktikan bahwa ”stress
mengurangi stress”, artinya, kegiatan yang menekan (stressfull activities)
dalam satu bidang dapat mengurangi ketegangan-ketegangan pada bidang lainnya.
Kegiatan di luar pekerjaan rutin tentunya dapat menyegarkan tubuh dan pikiran
kita dan mengurangi kebosanan.
7. Melakukan
hal-hal yang menyenangkan
Sesuatu yang baik membuat kita merasa baik, mengubah langkah kita,
meredakan ketegangan dan merupakan terapi pribadi. Hal-hal yang menyenangkan
berbeda bagi orang satu dengan lainnya. Melakukan perjalanan, mendengarkan
musik, tertawa, berpelukan, belanja, mandi air hangat, minum teh atau kopi
adalah beberapa hal yang umumnya menyenangkan. Kegiatan seperti ini dapat
dipandang sebagai penghargaan terhadap diri kita setelah menyelesaikan tugas
dengan baik. Selain itu, kita memang perlu sedikit ”memanjakan” tubuh kita
setelah sekian waktu bergelut dengan tugas-tugas pekerjaan yang cukup
melelahkan.
8. Membangun
sistem dukungan sosial
Membangun relasi dan kepercayaaan diantara sahabat
dan teman kerja dapat melahirkan dukungan sosial yang berguna bagi kehidupan
kita. Menurut Maslach (Suharto, 2007) para profesional yang memiliki dukungan
sosial yang baik cenderung jarang mengalami burnout.
Sistem dukungan sosial dapat berupa teman sekerja,
kelompok hobi atau olah raga, keluarga dan kerabat, kelompok keagamaan atau
organisasi-organisasi sosial. Sistem ini dapat menjadi sarana untuk berbagi
pengalaman, bersosialisasi dan menjadi sumber keamanan serta pertolongan pada
saat kritis.
9. Melakukan
variasi kerja
Melakukan aktivitas yang tetap untuk jangka waktu lama sering menimbulkan
kebosanan dan kelelahan. Oleh karena perlu diusahakan untuk membuat variasi
dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan. Beberapa cara yang dapat meningkatkan
variasi kerja meliputi, diskusi dengan teman sejawat, menghadiri seminar,
lokakarya, pelatihan atau melanjutkan pendidikan.
10. Menciptakan
Humor
Humor dapat membuat santai, pekerjaan bisa menyenangkan, serta meredakan
ketegangan emosi. Membangun suasana yang lucu di sela-sela pekerjaan dan di
rumah dapat mengurangi stress dan mencegah burnout.
11. Mengubah
atau menyesuaikan dengan kejadian-kejadian yang membuat stress
Sebagian besar kejadian-kejadian yang menimbulkan stress hanya dapat
ditanggulangi dengan jalan menghadapinya melalui serangkaian kegiatan-kegiatan
positif, rasional, dan proposional. Beberapa kejadian tidak dapat diubah sama
sekali. Dengan demikian, kita harus berusaha menyesuaikan dan menerimanya
dengan lapang dada. Karena seringkalai terjadi bahwa ”Apa yang tidak kita sukai
sebenarnya baik buat kita”, dalam jangka waktu tertentu. Adalah sesuatu yang
tidak produktif manakala kita hanya kecewa dan mengeluh terhadap situasi yang
tidak dapat dirubah tersebut.
Penutup
Burnout merupakan masalah yang
serius mempengaruhi kehidupan seseorang dan perlu mendapat perhatian. Pemahaman
terhadap burnout dapat membawa kita untuk menghindar sebelum ”penyakit”
itu menyerang dan mengakibatkan stress yang lebih lebih berbahaya.
Hindari faktor-faktor yang
dapat menyebabkan burnout dan ciptakan kondisi yang kondusif untuk
bekerja dan hidup secara sehat, karena tiada kenyamanan hidup dan hasil kerja
yang berkualitas dari orang-orang yang mengalami burnout.
SUMBER :
Majalah Training.”Burnout” (2005, 7 Juli).
Suharto, Edi (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia
Industri : Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Bandung : Refika
Aditama.
Suprapti, Wahyu dan Sri Ratna (2001). Pengembangan
Potensi Diri. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia.
judul yang agak asing tapi menarik tuh, tambah wawasan pak !!!
BalasHapusYuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny